Mengenai Saya

Foto saya
Simpang-siur... Kadang2 bikin bete. Tapi sebenarnya bisa jadi teman yang mengasikkan. Sebagaimana Virgo, aku itu perasa dan pencemas. Itu yang seringkali bikin aku panik, meski herannya di kesempatan lain aku bisa sangat easy going.....

Di 5

by Reni Teratai Air on Sunday, July 17, 2011 at 10:05am

Catatan Sederhana dengan Cinta yang Tak Sederhana

“Dede mau sekolaaahh…. Masa cuma Kaka yang sekolah!”

Kalimat yang berulang kali kamu teriakan sejak empat – lima bulan lalu. Tapi memang belum saatnya kamu sekolah, De. Pernah kita gabung di Play Group, tapi nyatanya hanya bertahan 3 minggu karena kamu bilang, “Anak kecil semua, Ma! Gak lepel!”

Kini kau bisa dengan bangganya memamerkan seragam TK-mu....

Atau ketika suatu kali kamu menjerit, “Mamaaa…. Aku udah gak suka strawberi lagi. Sampo, odol, minyak wangi, ga mau yang aroma strawberi. Baju, sepatu, dompet dan celana dalam, gak lagi yang gambarnya strawberi. Aku mau semuanya ganti sama Barbie. Tapi Barbie yang lagi pegang strawberi.”

Mmmm, okey. Kita ganti dengan Barbie. Tapi mendadak saat semua sudah berganti, 2 minggu kemudian kamu menjerit, “Mamaaaa… aku kangen celana dalam strawberikuuuu…”

Suatu kali kamu juga berteriak lantang, “Kenapa sudah besar Mama masih doyan cokelat? Itu makanan anak kecil. Oiya, Mama memang masih kecil, karena masih suka nangis sendirian di kamar.”

Ah, kamu!

Kalimat lugu yang sering bikin aku tergagap. Juga ketika kita pergi berbelanja ke sebuah supermarket, kamu berkata polos, “Kenapa semua pergi belanja sama papanya juga? Kenapa kita nggak?”

Pertanyaan yang aku tahu tak pernah kamu rencanakan, bukan? Dan Kaka langsung membalas kalimatmu dengan, “Dede lupa, ya? Papa kita sedang bekerja keras. Mencari uang untuk membeli kapal buat kita jalan-jalan, makanya kerjanya lama.”

Sayang, kalimat Kaka yang semula –aku yakin- untuk mencegahmu berkata banyak, malah kamu timpali dengan, “Mahal ya harga kapal? Sampe lama gitu kerjanya.”

Malamnya, saat dua dongeng sudah aku uraikan, kamu berbisik, “Ma, papa Dede ganteng mana sama Ariel atau Afgan? Kalo memang gak datang-datang, kenapa Mama gak cari papa baru?”

OMG!

Beberapa hari sebelum hari ini, kamu cemberut. Aku tahu apa yang akan kamu katakan saat kulihat kalender meja ada di tanganmu. “Mama nggak akan lupa, Sayang,” aku berusaha menghiburmu. "Ulang tahunmu kan?"

Kamu masih cemberut dan dengan suara sesak kamu bilang, “Aku mau tanggal lahirku ganti. Aku gak mau ulang tahun pas tanggal Mama detlen. Kalo Kaka ulang tahun tiap tanggal 4, kenapa Dede tanggal 17?”

Semalam, di pukul 11 malam, kamu memelukku erat. Tak meminta dongeng seperti biasa. Kamu meminta aku bernyanyi, meski kemudian kamu berkata, “Mama nggak bisa duet sama Ariel, karena panggung bakalan rubuh!” Nyatanya kamu tetap menikmati suaraku dan terlelap. Saat pergantian hari di pukul 00.00 semalam, kamu sudah ada di mimpi indahmu dan aku bisa mengecupmu sepuas yang aku bisa.

Anakku sayang, apa saja yang telah kita lewati begitu indah. Terlalu indah. Tak tergantikan dengan apa pun. Meski aku tak bisa memberi banyak untukmu, tapi aku selalu berusaha. Untukmu, untuk Kaka… untuk dua permata yang harganya tak pakai bandrol!

Di usia 5 tahun usiamu ini aku juga tak bisa memberikan apa pun selain doa dan sepotong tart mungil yang kamu bilang, “Semungil Mama.”

Ah, Kirani Sitti Mayda…. Bungsuku yang cerdik. Juga Ramadhani Nur Elfitria. Mama sayang kalian.

Sekali lagi ingin kuulang kalimat yang pernah aku ikrarkan di ultah tahun lalu;

“Jika pada ijab semua bisa bilang, 'dibayar tunai!' maka di miladmu, aku cuma bisa berujar dalam hati, 'dibayar cicil!' Ya, akan kuberikan kado untukmu dengan mencicilnya setiap hari, berupa doa-doa, perhatian, kasih sayang, bimbingan dan seluruh angka-angka di jam dinding…. Ya, setiap hari, sepanjangg waktu, akan kuberikan secara cicil, sampai kulunaskan kelak di saat datang hantaran pinangan untukmu dan kau dibawa olehnya …, atau saat Tuhan memanggilku.”

*** Pagi tadi kamu memelukku erat sesaat sesudah kau tiup lilin ultahmu. Lalu kamu berbisik, "Kadonya yang indah dong, Ma. Papa baru, yaa...."

Baiklah, Dede Kirani. Case closed!"


Selamat ulang tahun, Sayang….

Se-kelu

by Erin Pelangi Dan Teratai on Wednesday, June 22, 2011 at 3:29pm


Se-Bagian

Biarkan kuselesaikan

gaun mimpi yang kurajut semalaman

meski baru hanya bagian lengan

tak perlu sampai pada batas pinggang

Biarkan kusampirkan

selendang harap yang kau kenakan

biarkan menjuntai sampai batas angan

untuk bila jelmakan bayang

Dirimu Keluku


Sebaris kalimat itu

Pernah menjadi gaungku

Saat terburai mimpi-mimpi semu

Dan menyeret jemu

Aku tahu,

Langkahmu bukan untukku

Tapi kerinduan yang kau tawarkan dulu

Adalah luka maha dalam dari waktu ke waktu

Maafkan aku,

Ketika akhirnya kukatakan ini dengan kelu

Aku tak bisa menunggu

Dan langkahmu.. dan pikirmu.. dan kamu…

Dilema, Juni dan Bintang

Kau tahu jika kau berada di simpang jalan dengan dua tanda arah yang sama-sama menyebutkan 'jalan terus'? Kau akan pilih mana?

Juni ini diawali dengan banyak pilihan. Tetang pekerjaan (selalu), tentang anak-anak di rumah, tentang Mama yang belakangan menjadi 'Ibu Kost' di rumahku, tentang PRT yang begitu kejam mempermainkan waktu, uang dan kepercayaanku.
Setelah Mei yang kelabu kini datang Juni yang sibuk!

Selalu ada yang datang dan pergi, selalu ada yang silih berganti.
Tuhan punya cara jitu menyayangi umatNya dan memberinya peringatan-peringatan.
Sepanjang Mei kemarin aku mengerahkan dadaku hingga berlebam,
kini Juni aku harus mengerahkan tenaga dan pikiran hingga berdentam.

Dan Tuhan selalu punya cara indah...
Ia selipkan bintang di mataku di antara nanarnya sang waktu, lewat sekelumit rasa yang Ia sisipkan perlahan.... Ia Maha Tahu apa yang aku butuhkan dan Ia hadirkan dia meski (mungkin) hanya berkejap semalam....

Kau Buat Aku Menangis Lagi

by Reni Teratai Air on Saturday, April 30, 2011 at 10:31pm

1.

Ketika kau hanya punya tiga kata di tiga kalimat berbeda

Aku hanya mendengarkan dengan lapang

"Aku sayang kamu"

"Aku cinta kamu"

"Aku rindu kamu"

Ketika kau hanya punya tiga kata di satu kalimat terakhir

Aku hanya berharap mendengar dengan lapang.

"Aku tak bisa"

Kau ciptakan anak sungai di mataku

yang kau hadirkan lewat sembilu di tiga titik di ulu ini.

Aku telah remuk redam

2.

Sarat

penat

lumat

yang laknat

dan aku minta

"tamat"


· · Share · Delete

Mengakhiri Mei dengan Mengawali Juni

Siang itu langit tak muram, tapi juga tak benderang. Teduh, namun tak rapuh.
Sebentar lagi Mei berakhir, dan ingin sekali kututup segera, sebelum bertambah lagi pedih lain yang menyusul di mei kelabu.

Kubuka fesbuk dan kudapati banyak notifi. Sebuah notifi yang menarik perhatianku; seorang penulis puisi (aku belum bisa menyebutnya penyair) dan juga seorang pembaca puisi, mengomentari puisi yang aku post semalam.
Tentang puisi aku mengingat sesuatu, tugas membawakan acara sastra. Baiklah, aku akan menyeret nama itu untuk mengisi acara tersebut. Maka kusapa dia di inbox. Kami bercakap sebentar, sampai kemudian dia menuliskan kata-kata "Miss u, Dear" ..... OMG, itu kata-kata sakti yang selama ini kudapat dari seseorang yang menoreh Mei-ku dengan sangat tragis.
Termehek aku katakan uraikan kisah omong kosong itu.
Kami bercakap. Sederhana. Namun aku mendapat sesuatu. Bahkan aku ternyata terlalu cengeng.
Tapi..., tapi... tidak benar-benar cengeng. Okey, maksudku wajar bukan kalau aku harus menangis? Baiklah, apa pun itu tapi aku rasa aku butuh waktu untuk mengasihani diri sendiri dengan tersedu-sedu, bukan.
Oh, my... bukan ini yang mau aku ceritakan. Tapi tentang Mei yang sebentar lagi habis... dan Juni yang sebentar lagi datang.
Jika Mei harus berisi kepedihan, aku ingin segera menyudahinya. Tutup.

Tentang Mei yang (tak) Biasa

Menjadi sempurna Mei ini ketika di suatu sore yang dingin kuharus mendapati nyata, menjauhnya seseorang yang selama ini paling dekat.
Stelah beberapa kegagalan, setelah beberapa perih, setelah beberapa sandungan...
ingin kuteriakkan, "Plis, tidak saat ini!" tapi apakah berarti?
Kini dan nanti akan sama saja; aku akan mengalami juga.
Manusiawi sekali andai aku 'menunda' perih berikut, setelah perih-perih yang lain, karena kemungkinan terburuk, aku bisa menjadi sinting dalam kurun waktu yang begitu dekat dan sebentar, dengan segala hal yang terus menerus dan berdesakan.

"Nanti saja, jangan sekarang. Saat ini ada banyak yang aku hadapai, apakah kau ingin membunuhku dengan ikut memberi luka?"

Nyatanya, Mei ini benar-benar Mei yang luar biasa.
Aku terisak tanpa jeda
dan sesak begitu lama

Tapi kesakitan adalah obat dari kesakitan berikut.
Begitu pahit...