Mengenai Saya

Foto saya
Simpang-siur... Kadang2 bikin bete. Tapi sebenarnya bisa jadi teman yang mengasikkan. Sebagaimana Virgo, aku itu perasa dan pencemas. Itu yang seringkali bikin aku panik, meski herannya di kesempatan lain aku bisa sangat easy going.....

The Mechanic, kepekaan dan kesetiaan

Sebaiknya sahabat, kita harus tetap waspada. Bukan, kamu nggak perlu menjauhi mereka, sahabat-sahabatmu. Tetapi setiap hal harus ada batas dan waspada.

Keluarga, adalah urat dan darah kita.
Sahabat, adalah danau dan embun. Sebagaimana danau, dia tenang tetapi dalam dan bisa menenggelamkan jika kamu nggak berhati-hati berenang di dalamnya. Sebagai embun, dia menyejukkan, tetapi dinginnya bisa menggigit tulang dan membuatmu demam jika kau terus-terusan berada dalam tetesannya.

The Mechanic, film yang aku tonton memang tidak betul-betul menegaskan apa yang aku sebut di atas, karena ini adalah film action thriller yang mengerikan kalau kamu nggak suka adegan tonjok-tonjokkan dengan luka robek yang menganga atau melepuh.
Tetapi isi di dalamnya layak kamu jadikan acuan, bahwa ketika kepercayaan sudah kau limpahkan seutuhnya kepada sahabatmu -sahabat keluargamu- jangan menjadikan dirimu lengah.

Tetaplah peka dan mawas diri di antara rasa setia kawanmu.
Manusia...., sehebat apa pun, dia punya sisi negatif dan siap menjatuhkanmu.

The Faither, Bukan Sekedar Bertarung

Bahagianya memiliki keluarga. Bagaimana pun keluarga adalah orang terdekat. Mereka tak akan meninggalkanmu, bagaimana pun keadaanmu, meski seringkali kita tak menyadari hal itu.

Film yang kutonton bersama seorang teman di Sabtu siang lalu begitu menggugah perasaanku. Film sederhana dan -apalagi- soal pertarungan, yang ternyata mampu mengaduk emosiku. Bagaimana keterlibatan keluarga sangat berpengaruh pada emosi masing-masing anggotanya serta masa depan.
Aku tidak bisa membayangkan bagaimana seorang Ibu separuh baya yang tetap setia menampung 9 anaknya yang masih 'menetek' di rumahnya. Anak, menantu dan suami yang semuanya menganggur. Mereka hanya bertumpu pada profesi dua anak laki-laki yang petarung. Jika menang, mereka dapat uang. Jika kalah...
Sang Ibu yang selama ini menjadi manager dua anak laki-lakinya yang petarung itu, sekilas terlihat egois. Tapi tidak... sejak awal aku melihat sosoknya yang benar-benar ibu sejati, meskipun dalam beberapa hal beliau nampak memaksakan kehendaknya. Salah seorang dari dua anak laki-laki yang petarung itu adalah tulang punggung keluarga. Sehingga si ibu merasa 'wajib' mengemudikan hidupnya termasuk memilihkan pelatih, event, harga kemenangannya di atas ring, bahkan teman kencan!
Belum lagi sikap saudara-saudaranya yang lain yang sangat mendukung sang ibu dan semakin membuat si anak laki-laki yang petarung itu tertekan.

Ah, kita sering tidak menyadari apa yang ada di benak ibu kita. Kita hanya memandangnya sebagai sebuah paksaan dan kita harus memberontak.
Kita tak pernah tahu hati saudara kita, sampai kita menduga mereka iri dan semau-maunya. Dan kita tak menyadari bahwa sebenarnya betapa mereka sangat menyayangi kita, bagaimana pun sikapnya pada kita.

Ada yang meledak dalam dadaku, terutama saat mereka berpelukan di bagian akhir cerita.
Saat sang ibu berkata, "Aku tahu kau akan berhasil, Nak!" dan sang ayah berteriak, "Anakku juara dunia, lihat! Dia anakku!" juga ketika saudara-saudaranya berembuk untuk memberi surprise saat saudaranya yang lain berhasil lepas dari kemalangan.
Dukungan, doa, pujian, makian dan bahkan pertengkaran, adalah bagian yang tak bisa lepas dari kehidupan berkeluarga.

Mereka memimpin kita. Karena mereka tahu betul, siapa kita.

Betapa pun kita menilai mereka 'salah', nyatanya mereka adalah urat dan darah kita.

Terima kasih untuk seorang teman yang telah menemaniku menonton film ini.

Aku rindu keluargaku: Ibu, saudara-saudaraku di mana kami selalu ribu,t bertengkar, iri dan salah paham..., juga ayahku yang sudah berpulang.
Aku cinta kalian.