Mengenai Saya

Foto saya
Simpang-siur... Kadang2 bikin bete. Tapi sebenarnya bisa jadi teman yang mengasikkan. Sebagaimana Virgo, aku itu perasa dan pencemas. Itu yang seringkali bikin aku panik, meski herannya di kesempatan lain aku bisa sangat easy going.....

SEMUA ORANG BISA MENULIS, TETAPI TIDAK SEMUA ORANG BISA JADI PENULIS

Catatan Writing of CeKers, Gunung Mas 13-14 Oktober 2012

 Apa yang kita harapkan dari sebuah komunitas dan pertemuan?

Beberapa hari jelang WTC (H-4) DeKers benar-benar dibuat guling-gulingan. Tentang penyediaan villa serta jadwal check in yang harus berubah dari rencana semula, akibat adanya konfirmasi baru dari pihak manajemen Villa. Rundown yang sudah rapih apik itu dibongkar pasang, demikian juga dengan list pembagian kamar. Bolak-balik Ayah, Bunda, Hilal, Nury, Wiewie dan Hardia, dibuat mabuk berat lewat inbox dan sms, untuk konfirmasi mengenai tugas masing-masing dan perubahannya.
“Bunda jangan terlalu capek, fokus aja dulu ke detlennya Story. Jaga badan, nanti sakitnya kambuh lagi. Pokoknya kita akan bantu sama-sama,” berulang kali sms sejenis itu dari Ayah dan Wiewie. Bikin Bunda terharuuu.
H-1, semua nampak baik-baik saja. Bismillah….
Bermalam di kantor CK











Jumat siang, 12 Okt 2012.
Teman ada di mana-mana, namun yang sebenarnya teman hanyalah beberapa.  Yang beberapa itulah yang layak kita jaga dan kita lestarikan (lho?).  Teman akan menjadi saudara dan keluarga terdekat. Tak ingin melihatnya sudah, dan tak ingin melihatnya bersedih. Itu sudah terlihat di H-1, Jumat 12 Okt.
Ega sibuk bolak-balik menjemput peserta dari luar kota. Gambir, Lenteng, Rambutan, Lenteng lagi, seolah tak ingin mereka tersesat atau kesusahan. Beberapa menyarankan agar Egaberistirahat dulu, namun yang terdengar adalah, “Nggak apa-apa, kasihan kalau mereka nunggu kelamaan.”
Rolan yang kalem, Marini rame, Rizkiyah yang kadang-kadang, adalah mereka yang dari Bali dan Jawa Timur, yang tiba lebih dulu dan langsung mengacak-acak kantor CK.  Ternyata bukan mereka saja. Berturut-turut berdatangan yang lainnya, sampai tengah malam, diakhiri dengan kedatangan Bunda yang ternyata baru selesai detlen Story. Kantor CK yang mendadak sempit itu meruah dan meriah. Siapa menduga di pertemuan pertama kopi darat itu, mereka seolah saudara yang sudah kerap bertemu? Bahkan mereka sudah sangat hapal tabiat dan gaya kawan-kawannya. Ah, fesbook dan twitter  memang ajaib! Terutama  melihat  25 kepala yang tidur bergeletakan di lantai, saling berpelukan satu sama lain, saling berbagi bantal dan tikar,  mengenaskan sekaligus menyenangkan (Doakan saja kantor CK akan 5x lebih luas lagi supaya semua ceKers bisa nginep rame-rame ya… J) Sementara beberapa panitia bolak-balik menyiapkan kelengkapan yang dibutuhkan sampai lewat pukul 02 dini hari.


Sabtu, 13 Okt, pukul 5 pagi.
Antrian toilet yang cuma satu-satunya, menjadi alasan beberapa CeKers melewatkan acara mandi. Dengan alasan ingat pesan Abah, “Gak usah mandi, kan jadwal pertama mau ke Ciburial, berenang dan mancing…”  beberapa peserta –termasuk Bunda- hanya bebasuh dan sikat gigi.
Bekal sarapan isi lontong dan bakwan pun sudah siap. Bus sudah datang kemudian, menyusul Amanda, Paulus, Hikarima, Tris Anova dan beberapa lagi di pagi itu. Suasana makin terlihat akrab dan menyenangkan. Mulai terlihat adegan mesra sepiring berdua menyantap mie instan atau secangkir kopi dan teh. Kemudian berbaris dan berdoa bersama.
“Ya Tuhan, jadikan kami orang yang berguna, menjajaki sesuatu yang semula kami pikir adalah sebuah impian, menjadi sebuah kenyataan. Melalui ajang WTC ini, kami ingin meraih itu semua. Dengan ijinMu, perjalanan wisata belajar ini akan lancar dan tak ada kendala. “
Aminnn…
Dan Hardia pun berteriak, “Pasukan, majuuu jalan!”  dibantu oleh Nata dan Hani, peserta diabsen satu persatu untuk masuk ke dalam bus.

Tiba di Villa



  
Ciburial, Cinta dan Mancing
Meski sempat mengalami macet di Ciawi akibat adanya jalur satu arah,  tetapi perjalanan bisa dikatakan lancar, dan sesuai dengan jadwal rundown; yaitu tiba pukul 11 teng di Taman Wisata Ciburial, yang berada dekat dengan Gunung Mas. Meski tak seberapa luas, toh CeKers bisa jumpalitan di perbukitan yang memiliki kolam renang alam dan arena pemancingan itu setelah mendengarkan kata sambutan serta introduction para deKers. DeKers sengaja merunutkan acara ini di awal supaya semua bisa senang-senang sebelum karantina tiba.  Ndilalah yang paling terlihat senang  ya Ayah... Sampe jerit-jeritan dan koprol,  karena mancing dapet ikan 7 kilo (ssst yang 3 kilonya boleh nyerok).













Makan siang yang sangat terlambat itu pun berbalas dengan menyantap ikan nila bakar dan ikan gurame goreng, plus sambal bikinan Marini (jauh-jauh dari Bali cuma disuruh bikin sambel? Kasian yak). Sementara itu Popy mengalami kejadian tragis, menjadi korban dendam Rizkiyah; diceburin! Basah, basah, basaahhhh….. Dan Ega mulai gelisah, “Ini rundownnya jadi mulur dong,” katanya sambil gerogotin duri ikan.













Pukul 2, akhirnya semua tiba di lokasi yang selama ini sampai terbawa mimpi; Gunung Mas!
Kami menyewa 2 buah villa yang berdampingan, Bungalow 1 dan Rumah Kayu Kelapa.  Hardia, Ega dan Hilal, segera sigap membagi kamar untuk semua peserta.

 



Setelah itirahat sebentar, beberes barang bawaan, mandi, dandan, semua pun kumpul di ruang tamu Villa Bungalow 1 untuk mengikuti sesi pertama: “Aku Ingin Jadi Penulis”
Aku ingin menjadi penulis. Itu sebabnya aku banyak membaca dan mengisi satu hariku dengan 1 halaman yang bisa aku tuliskan apa saja. Ini adalah kuote yang di-share Bunda. Ada 21 quote lainnya, yang semoga semua masih mengingatnya, serta pengalaman-pengalaman yang bisa menjadi cermin dan pembelajaran.  Dan ini adalah quote Bunda yang menjadi favorit di setiap pelatihan Bunda: Aku ingin menjadi penulis, itu sebabnya aku tetap menulis dan tak membiarkan waktuku bermurung untuk semua naskahku yang ditolak.
Aku ingin jadi penulis







Character Building oleh Ayah Handoko F Zainsam


  
 Sesi pertama berakhir berlanjut dengan sesi kedua: Character Building-nya Ayah Handoko. Ayah bilang; “Penulis adalah jiwa yang berkarakter, dia tahu apa dan bagaimana menempatkan diri dan emosinya”.
Begitulah, Gunung Mas mulai membeku. Udara dingin mulai menggigit. Usai makan malam yang hangat, semua siap dengan sesi selanjutnya, “Imajinasi dalam Fiksi”
“Fiksi adalah gubahan imajinasimu dari kisah keseharian. Imajinasi adalah perangkat lunak yang fital dalam sebuah cerita. Semua orang bisa menulis, tetapi tidak semua orang bisa menjadi penulis. Semua dibarengi dengan kemampuan,” ujar Bunda. Maka, menulislah. Bukan untuk menjadi juara, tetapi untuk eksistensi dan kekayaan rasa.

Sesi pun berlanjut pada “Puisi dan Kekayaan Rasa” yang dibawakan oleh Ayah Handoko. Bahwa puisi adalah arena permainan kata. Bahasa dan rasa.
Apa yang terjadi? Dua sesi malam itu benar-benar menghangatkan suasana dingin Gunung Mas, di ruang berukuran 4x6m yang padat oleh gelak dan semangat. Betapa semakin terasa keakraban dan kekeluargaan di sana. Suasana yang belum tentu bisa didapatkan setiap hari, di mana pun. Yang diam dan tak banyak bicara, akhirnya menyampaikan gelaknya. Yang ramai dan selalu cari gara-gara, semakin merangkul sesama. Semua sama. Semua bergembira. Hingga larut semakin menyelimut, hingga Malam Keakraban semakin menghangat. Bersama puisi-puisi yang dibawakan oleh Mh. Putra dan Abah Yoyok, serta Ayah Han.
Sementara bulan di atas sana menggeliat, menyaksikan 41 kepala berhanyut dalam kekeluargaan.


 
MInggu, 14 Okt 2012
Matahari meninggi. Sejak sebelum subuh semua sudah terjaga. Tak sabar menyambut hari dan mengisinya dengan aneka rasa. Sarapan, dan Motivasi dari Abah yang disampaikan di dekat “danau” alias parit kecil di tengah hijaunya  alam.
“Menulis adalah karakter dan etika,” kata Abah. “Kita tak boleh melewatkan hal-hal itu. Karena menulis tak sekadar menulis.”
Semua mengangguk takjub. Membawa rasa takjub itu pada  Touring of CeKers –mengitari alam sekitar untuk mencari inspirasi.



Ah, Minggu yang memesona, sementara geliat asmara mulai menebar di antara beberapa CeKers. Tak peduli hari semakin beranjak dan perlahan mendekati detik-detik terakhir.
“Berkemaaaasss,” ujar Nury dan Hilal berbarengan.


 Ah, rasanya tak ingin ini selesai. Tapi harus. Ada saatnya sesuatu harus selesai. Mengobati kegundahan akan perpisahan yang sebentar lagi tiba, semua berhamburan, menyebar ke segala penjuru Gunung Mas, seolah meneriakkan galau pada pucuk-pucuk teh, “Aku mau jadi penulis, maka aku tak akan menyeraah. Aku mau jadi penulis, dan WTC adalah inspirasiku. Aku ingin jadi penulis, dan aku tak ingin ini berakhirrr….” Begitulah isi hati mereka, yang kemudian mereka tuliskan dalam suka cita di lembaran kertas putih.








Inilah pertemuan itu. Inilah sesuatu yang mestinya kita dapat dalam sebuah komunitas. Harapan, persaudaraan dan semangat.
Matahari mulai melemah. Bus yang akan membawa pulang telah siap di depan Villa.
“Aku gak mau ini berakhir,” keluh Jhenny dan Wieiwe berbarengan. Hal yang sama yang diucapkan semua peserta.
Tetapi, ini memang harus berakhir…. Ini sudah selesai. Bukan untuk dilupakan, namun untuk dikenang dan dipelajari. Bahwa sesuatu adalah niat dan usaha!
Bus bergerak meninggalkan jejak hijau yang sampai kapan pun akan menyimpan kisahnya; Kisah CeKers yang gegap gempita dengan semangat dan doa. Kami Bisa!
Apa yang kita harapkan dari sebuah komunitas dan pertemuan?
Semua telah terjawab di atas.

WTC, Gunung Mas 13-14 Oktober. Cinta kami tetap terpateri di sana.