Bermalam di kantor CK |
Tiba di Villa |
Pukul 2, akhirnya semua tiba di lokasi yang selama ini sampai terbawa mimpi; Gunung Mas!
Aku ingin jadi penulis |
Character Building oleh Ayah Handoko F Zainsam |
karena mimpi itu bisa memacu kita lebih maju....
Bermalam di kantor CK |
Tiba di Villa |
Aku ingin jadi penulis |
Character Building oleh Ayah Handoko F Zainsam |
Ia merupakan keturunan kedua (cucu) dari Raja Haji Fisabilillah, Yang Dipertuan IV dari Kesultanan Lingga-Riau dan juga merupakan bangsawan Bugis.Kompleks makam beliau di pulau Penyengat, Tanjung PinangKompleks makam beliau di pulau Penyengat, Tanjung PinangKarya monumentalnya, Gurindam Dua Belas (1847), menjadi pembaru arus sastra pada zamannya. Bukunya berjudul Kitab Pengetahuan Bahasa, yaitu Kamus Loghat Melayu-Johor-Pahang-Riau-Lingga penggal yang pertama merupakan kamus ekabahasa pertama di Nusantara.
Catatan Sederhana dengan Cinta yang Tak Sederhana
“Dede mau sekolaaahh…. Masa cuma Kaka yang sekolah!”
Kalimat yang berulang kali kamu teriakan sejak empat – lima bulan lalu. Tapi memang belum saatnya kamu sekolah, De. Pernah kita gabung di Play Group, tapi nyatanya hanya bertahan 3 minggu karena kamu bilang, “Anak kecil semua, Ma! Gak lepel!”
Kini kau bisa dengan bangganya memamerkan seragam TK-mu....
Atau ketika suatu kali kamu menjerit, “Mamaaa…. Aku udah gak suka strawberi lagi. Sampo, odol, minyak wangi, ga mau yang aroma strawberi. Baju, sepatu, dompet dan celana dalam, gak lagi yang gambarnya strawberi. Aku mau semuanya ganti sama Barbie. Tapi Barbie yang lagi pegang strawberi.”
Mmmm, okey. Kita ganti dengan Barbie. Tapi mendadak saat semua sudah berganti, 2 minggu kemudian kamu menjerit, “Mamaaaa… aku kangen celana dalam strawberikuuuu…”
Suatu kali kamu juga berteriak lantang, “Kenapa sudah besar Mama masih doyan cokelat? Itu makanan anak kecil. Oiya, Mama memang masih kecil, karena masih suka nangis sendirian di kamar.”
Ah, kamu!
Kalimat lugu yang sering bikin aku tergagap. Juga ketika kita pergi berbelanja ke sebuah supermarket, kamu berkata polos, “Kenapa semua pergi belanja sama papanya juga? Kenapa kita nggak?”
Pertanyaan yang aku tahu tak pernah kamu rencanakan, bukan? Dan Kaka langsung membalas kalimatmu dengan, “Dede lupa, ya? Papa kita sedang bekerja keras. Mencari uang untuk membeli kapal buat kita jalan-jalan, makanya kerjanya lama.”
Sayang, kalimat Kaka yang semula –aku yakin- untuk mencegahmu berkata banyak, malah kamu timpali dengan, “Mahal ya harga kapal? Sampe lama gitu kerjanya.”
Malamnya, saat dua dongeng sudah aku uraikan, kamu berbisik, “Ma, papa Dede ganteng mana sama Ariel atau Afgan? Kalo memang gak datang-datang, kenapa Mama gak cari papa baru?”
OMG!
Beberapa hari sebelum hari ini, kamu cemberut. Aku tahu apa yang akan kamu katakan saat kulihat kalender meja ada di tanganmu. “Mama nggak akan lupa, Sayang,” aku berusaha menghiburmu. "Ulang tahunmu kan?"
Kamu masih cemberut dan dengan suara sesak kamu bilang, “Aku mau tanggal lahirku ganti. Aku gak mau ulang tahun pas tanggal Mama detlen. Kalo Kaka ulang tahun tiap tanggal 4, kenapa Dede tanggal 17?”
Semalam, di pukul 11 malam, kamu memelukku erat. Tak meminta dongeng seperti biasa. Kamu meminta aku bernyanyi, meski kemudian kamu berkata, “Mama nggak bisa duet sama Ariel, karena panggung bakalan rubuh!” Nyatanya kamu tetap menikmati suaraku dan terlelap. Saat pergantian hari di pukul 00.00 semalam, kamu sudah ada di mimpi indahmu dan aku bisa mengecupmu sepuas yang aku bisa.
Anakku sayang, apa saja yang telah kita lewati begitu indah. Terlalu indah. Tak tergantikan dengan apa pun. Meski aku tak bisa memberi banyak untukmu, tapi aku selalu berusaha. Untukmu, untuk Kaka… untuk dua permata yang harganya tak pakai bandrol!
Di usia 5 tahun usiamu ini aku juga tak bisa memberikan apa pun selain doa dan sepotong tart mungil yang kamu bilang, “Semungil Mama.”
Ah, Kirani Sitti Mayda…. Bungsuku yang cerdik. Juga Ramadhani Nur Elfitria. Mama sayang kalian.
Sekali lagi ingin kuulang kalimat yang pernah aku ikrarkan di ultah tahun lalu;
“Jika pada ijab semua bisa bilang, 'dibayar tunai!' maka di miladmu, aku cuma bisa berujar dalam hati, 'dibayar cicil!' Ya, akan kuberikan kado untukmu dengan mencicilnya setiap hari, berupa doa-doa, perhatian, kasih sayang, bimbingan dan seluruh angka-angka di jam dinding…. Ya, setiap hari, sepanjangg waktu, akan kuberikan secara cicil, sampai kulunaskan kelak di saat datang hantaran pinangan untukmu dan kau dibawa olehnya …, atau saat Tuhan memanggilku.”
*** Pagi tadi kamu memelukku erat sesaat sesudah kau tiup lilin ultahmu. Lalu kamu berbisik, "Kadonya yang indah dong, Ma. Papa baru, yaa...."
Baiklah, Dede Kirani. Case closed!"
Selamat ulang tahun, Sayang….
Se-Bagian
Biarkan kuselesaikan
gaun mimpi yang kurajut semalaman
meski baru hanya bagian lengan
tak perlu sampai pada batas pinggang
Biarkan kusampirkan
selendang harap yang kau kenakan
biarkan menjuntai sampai batas angan
untuk bila jelmakan bayang
Dirimu Keluku
Pernah menjadi gaungku
Saat terburai mimpi-mimpi semu
Dan menyeret jemu
Aku tahu,
Langkahmu bukan untukku
Tapi kerinduan yang kau tawarkan dulu
Adalah luka maha dalam dari waktu ke waktu
Maafkan aku,
Ketika akhirnya kukatakan ini dengan kelu
Aku tak bisa menunggu
Dan langkahmu.. dan pikirmu.. dan kamu…
1.
Ketika kau hanya punya tiga kata di tiga kalimat berbeda
Aku hanya mendengarkan dengan lapang
"Aku sayang kamu"
"Aku cinta kamu"
"Aku rindu kamu"
Ketika kau hanya punya tiga kata di satu kalimat terakhir
Aku hanya berharap mendengar dengan lapang.
"Aku tak bisa"
Kau ciptakan anak sungai di mataku
yang kau hadirkan lewat sembilu di tiga titik di ulu ini.
Aku telah remuk redam
2.
Sarat
penat
lumat
yang laknat
dan aku minta
"tamat"