Mengenai Saya

Foto saya
Simpang-siur... Kadang2 bikin bete. Tapi sebenarnya bisa jadi teman yang mengasikkan. Sebagaimana Virgo, aku itu perasa dan pencemas. Itu yang seringkali bikin aku panik, meski herannya di kesempatan lain aku bisa sangat easy going.....

SEMUA ORANG BISA MENULIS, TETAPI TIDAK SEMUA ORANG BISA JADI PENULIS

Catatan Writing of CeKers, Gunung Mas 13-14 Oktober 2012

 Apa yang kita harapkan dari sebuah komunitas dan pertemuan?

Beberapa hari jelang WTC (H-4) DeKers benar-benar dibuat guling-gulingan. Tentang penyediaan villa serta jadwal check in yang harus berubah dari rencana semula, akibat adanya konfirmasi baru dari pihak manajemen Villa. Rundown yang sudah rapih apik itu dibongkar pasang, demikian juga dengan list pembagian kamar. Bolak-balik Ayah, Bunda, Hilal, Nury, Wiewie dan Hardia, dibuat mabuk berat lewat inbox dan sms, untuk konfirmasi mengenai tugas masing-masing dan perubahannya.
“Bunda jangan terlalu capek, fokus aja dulu ke detlennya Story. Jaga badan, nanti sakitnya kambuh lagi. Pokoknya kita akan bantu sama-sama,” berulang kali sms sejenis itu dari Ayah dan Wiewie. Bikin Bunda terharuuu.
H-1, semua nampak baik-baik saja. Bismillah….
Bermalam di kantor CK











Jumat siang, 12 Okt 2012.
Teman ada di mana-mana, namun yang sebenarnya teman hanyalah beberapa.  Yang beberapa itulah yang layak kita jaga dan kita lestarikan (lho?).  Teman akan menjadi saudara dan keluarga terdekat. Tak ingin melihatnya sudah, dan tak ingin melihatnya bersedih. Itu sudah terlihat di H-1, Jumat 12 Okt.
Ega sibuk bolak-balik menjemput peserta dari luar kota. Gambir, Lenteng, Rambutan, Lenteng lagi, seolah tak ingin mereka tersesat atau kesusahan. Beberapa menyarankan agar Egaberistirahat dulu, namun yang terdengar adalah, “Nggak apa-apa, kasihan kalau mereka nunggu kelamaan.”
Rolan yang kalem, Marini rame, Rizkiyah yang kadang-kadang, adalah mereka yang dari Bali dan Jawa Timur, yang tiba lebih dulu dan langsung mengacak-acak kantor CK.  Ternyata bukan mereka saja. Berturut-turut berdatangan yang lainnya, sampai tengah malam, diakhiri dengan kedatangan Bunda yang ternyata baru selesai detlen Story. Kantor CK yang mendadak sempit itu meruah dan meriah. Siapa menduga di pertemuan pertama kopi darat itu, mereka seolah saudara yang sudah kerap bertemu? Bahkan mereka sudah sangat hapal tabiat dan gaya kawan-kawannya. Ah, fesbook dan twitter  memang ajaib! Terutama  melihat  25 kepala yang tidur bergeletakan di lantai, saling berpelukan satu sama lain, saling berbagi bantal dan tikar,  mengenaskan sekaligus menyenangkan (Doakan saja kantor CK akan 5x lebih luas lagi supaya semua ceKers bisa nginep rame-rame ya… J) Sementara beberapa panitia bolak-balik menyiapkan kelengkapan yang dibutuhkan sampai lewat pukul 02 dini hari.


Sabtu, 13 Okt, pukul 5 pagi.
Antrian toilet yang cuma satu-satunya, menjadi alasan beberapa CeKers melewatkan acara mandi. Dengan alasan ingat pesan Abah, “Gak usah mandi, kan jadwal pertama mau ke Ciburial, berenang dan mancing…”  beberapa peserta –termasuk Bunda- hanya bebasuh dan sikat gigi.
Bekal sarapan isi lontong dan bakwan pun sudah siap. Bus sudah datang kemudian, menyusul Amanda, Paulus, Hikarima, Tris Anova dan beberapa lagi di pagi itu. Suasana makin terlihat akrab dan menyenangkan. Mulai terlihat adegan mesra sepiring berdua menyantap mie instan atau secangkir kopi dan teh. Kemudian berbaris dan berdoa bersama.
“Ya Tuhan, jadikan kami orang yang berguna, menjajaki sesuatu yang semula kami pikir adalah sebuah impian, menjadi sebuah kenyataan. Melalui ajang WTC ini, kami ingin meraih itu semua. Dengan ijinMu, perjalanan wisata belajar ini akan lancar dan tak ada kendala. “
Aminnn…
Dan Hardia pun berteriak, “Pasukan, majuuu jalan!”  dibantu oleh Nata dan Hani, peserta diabsen satu persatu untuk masuk ke dalam bus.

Tiba di Villa



  
Ciburial, Cinta dan Mancing
Meski sempat mengalami macet di Ciawi akibat adanya jalur satu arah,  tetapi perjalanan bisa dikatakan lancar, dan sesuai dengan jadwal rundown; yaitu tiba pukul 11 teng di Taman Wisata Ciburial, yang berada dekat dengan Gunung Mas. Meski tak seberapa luas, toh CeKers bisa jumpalitan di perbukitan yang memiliki kolam renang alam dan arena pemancingan itu setelah mendengarkan kata sambutan serta introduction para deKers. DeKers sengaja merunutkan acara ini di awal supaya semua bisa senang-senang sebelum karantina tiba.  Ndilalah yang paling terlihat senang  ya Ayah... Sampe jerit-jeritan dan koprol,  karena mancing dapet ikan 7 kilo (ssst yang 3 kilonya boleh nyerok).













Makan siang yang sangat terlambat itu pun berbalas dengan menyantap ikan nila bakar dan ikan gurame goreng, plus sambal bikinan Marini (jauh-jauh dari Bali cuma disuruh bikin sambel? Kasian yak). Sementara itu Popy mengalami kejadian tragis, menjadi korban dendam Rizkiyah; diceburin! Basah, basah, basaahhhh….. Dan Ega mulai gelisah, “Ini rundownnya jadi mulur dong,” katanya sambil gerogotin duri ikan.













Pukul 2, akhirnya semua tiba di lokasi yang selama ini sampai terbawa mimpi; Gunung Mas!
Kami menyewa 2 buah villa yang berdampingan, Bungalow 1 dan Rumah Kayu Kelapa.  Hardia, Ega dan Hilal, segera sigap membagi kamar untuk semua peserta.

 



Setelah itirahat sebentar, beberes barang bawaan, mandi, dandan, semua pun kumpul di ruang tamu Villa Bungalow 1 untuk mengikuti sesi pertama: “Aku Ingin Jadi Penulis”
Aku ingin menjadi penulis. Itu sebabnya aku banyak membaca dan mengisi satu hariku dengan 1 halaman yang bisa aku tuliskan apa saja. Ini adalah kuote yang di-share Bunda. Ada 21 quote lainnya, yang semoga semua masih mengingatnya, serta pengalaman-pengalaman yang bisa menjadi cermin dan pembelajaran.  Dan ini adalah quote Bunda yang menjadi favorit di setiap pelatihan Bunda: Aku ingin menjadi penulis, itu sebabnya aku tetap menulis dan tak membiarkan waktuku bermurung untuk semua naskahku yang ditolak.
Aku ingin jadi penulis







Character Building oleh Ayah Handoko F Zainsam


  
 Sesi pertama berakhir berlanjut dengan sesi kedua: Character Building-nya Ayah Handoko. Ayah bilang; “Penulis adalah jiwa yang berkarakter, dia tahu apa dan bagaimana menempatkan diri dan emosinya”.
Begitulah, Gunung Mas mulai membeku. Udara dingin mulai menggigit. Usai makan malam yang hangat, semua siap dengan sesi selanjutnya, “Imajinasi dalam Fiksi”
“Fiksi adalah gubahan imajinasimu dari kisah keseharian. Imajinasi adalah perangkat lunak yang fital dalam sebuah cerita. Semua orang bisa menulis, tetapi tidak semua orang bisa menjadi penulis. Semua dibarengi dengan kemampuan,” ujar Bunda. Maka, menulislah. Bukan untuk menjadi juara, tetapi untuk eksistensi dan kekayaan rasa.

Sesi pun berlanjut pada “Puisi dan Kekayaan Rasa” yang dibawakan oleh Ayah Handoko. Bahwa puisi adalah arena permainan kata. Bahasa dan rasa.
Apa yang terjadi? Dua sesi malam itu benar-benar menghangatkan suasana dingin Gunung Mas, di ruang berukuran 4x6m yang padat oleh gelak dan semangat. Betapa semakin terasa keakraban dan kekeluargaan di sana. Suasana yang belum tentu bisa didapatkan setiap hari, di mana pun. Yang diam dan tak banyak bicara, akhirnya menyampaikan gelaknya. Yang ramai dan selalu cari gara-gara, semakin merangkul sesama. Semua sama. Semua bergembira. Hingga larut semakin menyelimut, hingga Malam Keakraban semakin menghangat. Bersama puisi-puisi yang dibawakan oleh Mh. Putra dan Abah Yoyok, serta Ayah Han.
Sementara bulan di atas sana menggeliat, menyaksikan 41 kepala berhanyut dalam kekeluargaan.


 
MInggu, 14 Okt 2012
Matahari meninggi. Sejak sebelum subuh semua sudah terjaga. Tak sabar menyambut hari dan mengisinya dengan aneka rasa. Sarapan, dan Motivasi dari Abah yang disampaikan di dekat “danau” alias parit kecil di tengah hijaunya  alam.
“Menulis adalah karakter dan etika,” kata Abah. “Kita tak boleh melewatkan hal-hal itu. Karena menulis tak sekadar menulis.”
Semua mengangguk takjub. Membawa rasa takjub itu pada  Touring of CeKers –mengitari alam sekitar untuk mencari inspirasi.



Ah, Minggu yang memesona, sementara geliat asmara mulai menebar di antara beberapa CeKers. Tak peduli hari semakin beranjak dan perlahan mendekati detik-detik terakhir.
“Berkemaaaasss,” ujar Nury dan Hilal berbarengan.


 Ah, rasanya tak ingin ini selesai. Tapi harus. Ada saatnya sesuatu harus selesai. Mengobati kegundahan akan perpisahan yang sebentar lagi tiba, semua berhamburan, menyebar ke segala penjuru Gunung Mas, seolah meneriakkan galau pada pucuk-pucuk teh, “Aku mau jadi penulis, maka aku tak akan menyeraah. Aku mau jadi penulis, dan WTC adalah inspirasiku. Aku ingin jadi penulis, dan aku tak ingin ini berakhirrr….” Begitulah isi hati mereka, yang kemudian mereka tuliskan dalam suka cita di lembaran kertas putih.








Inilah pertemuan itu. Inilah sesuatu yang mestinya kita dapat dalam sebuah komunitas. Harapan, persaudaraan dan semangat.
Matahari mulai melemah. Bus yang akan membawa pulang telah siap di depan Villa.
“Aku gak mau ini berakhir,” keluh Jhenny dan Wieiwe berbarengan. Hal yang sama yang diucapkan semua peserta.
Tetapi, ini memang harus berakhir…. Ini sudah selesai. Bukan untuk dilupakan, namun untuk dikenang dan dipelajari. Bahwa sesuatu adalah niat dan usaha!
Bus bergerak meninggalkan jejak hijau yang sampai kapan pun akan menyimpan kisahnya; Kisah CeKers yang gegap gempita dengan semangat dan doa. Kami Bisa!
Apa yang kita harapkan dari sebuah komunitas dan pertemuan?
Semua telah terjawab di atas.

WTC, Gunung Mas 13-14 Oktober. Cinta kami tetap terpateri di sana.











GURINDAM 12

Raja Ali Haji bin Raja Haji Ahmad
(Pulau Penyengat, Kepulauan Riau, 1808- 1873)
adalah ulama, sejarawan, pujangga, dan terutama pencatat pertama dasar-dasar tata bahasa Melayu lewat buku Pedoman Bahasa; buku yang menjadi standar bahasa Melayu. Bahasa Melayu standar itulah yang dalam Kongres Pemuda Indonesia 28 Oktober 1928 ditetapkan sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia.


Ia merupakan keturunan kedua (cucu) dari Raja Haji Fisabilillah, Yang Dipertuan IV dari Kesultanan Lingga-Riau dan juga merupakan bangsawan Bugis.Kompleks makam beliau di pulau Penyengat, Tanjung PinangKompleks makam beliau di pulau Penyengat, Tanjung PinangKarya monumentalnya, Gurindam Dua Belas (1847), menjadi pembaru arus sastra pada zamannya. Bukunya berjudul Kitab Pengetahuan Bahasa, yaitu Kamus Loghat Melayu-Johor-Pahang-Riau-Lingga penggal yang pertama merupakan kamus ekabahasa pertama di Nusantara.


Ia juga menulis Syair Siti Shianah, Syair Suluh Pegawai, Syair Hukum Nikah, dan Syair Sultan Abdul Muluk.Raja Ali Haji juga patut diangkat jasanya dalam penulisan sejarah Melayu. Buku berjudul Tuhfat al-Nafis ("Bingkisan Berharga" tentang sejarah Melayu), walaupun dari segi penulisan sejarah sangat lemah karena tidak mencantumkan sumber dan tahunnya, dapat dibilang menggambarkan peristiwa-peristiwa secara lengkap. Meskipun sebagian pihak berpendapat Tuhfat dikarang terlebih dahulu oleh ayahnya yang juga sastrawan, Raja Ahmad.

Raji Ali Haji hanya meneruskan apa yang telah dimulai ayahnya. Dalam bidang ketatanegaraan dan hukum, Raja Ali Haji pun menulis Mukaddimah fi Intizam (hukum dan politik). Ia juga aktif sebagai penasihat kerajaan.Ia ditetapkan oleh pemerintah Republik Indonesia sebagai pahlawan nasional pada 5 November tahun 2004.


Pasal Pertama (1) Gurindam 12
=============================
Barang siapa tiada memegang agama
Segala-gala tiada boleh dibilang nama

Barang siapa mengenal yang empat
Maka yaitulah orang yang ma’rifat

Barang siapa mengenal Allah
Suruh dan tegaknya tiada ia menyalah

Barang siapa mengenal diri
Maka telah mengenal akan Tuhan yang bahri

Barang siapa mengenal dunia
Tahulah ia barang yang terpedaya

Barang siapa mengenal akhirat
Tahulah ia dunia mudharat


Pasal Kedua (2) Gurindam 12
===========================
Barang siapa mengenal yang tersebut
Tahulah ia makna takut

Barang siapa meninggalkan sembahyang
Seperti rumah tiada bertiang

Barang siapa meninggalkan puasa
Tidaklah mendapat dua termasa

Barang siapa meninggalkan zakat
Tiadalah hartanya beroleh berkat

Barang siapa meninggalkan haji
Tiadalah ia menyempurnakan janji


Pasal Ketiga (3) Gurindam 12
============================
Apabila terpelihara mata
Sedikitlah cita-cita

Apabila terpelihara kuping
Khabar yang jahat tiadalah damping

Apabila terpelihara lidah
Niscaya dapat daripadanya faedah

Bersungguh-sungguh engkau memeliharakan tangan
Daripada segala berat dan ringan

Apabila perut terlalu penuh
Keluarlah fi’il yang tidak senonoh

Anggota tengah hendaklah ingat
Di situlah banyak orang yang hilang semangat

Hendaklah peliharakan kaki
Daripada berjalan yang membawa rugi

Hendaklah pelihara kaki *1
Daripada berjalan membawa rugi

Di 5

by Reni Teratai Air on Sunday, July 17, 2011 at 10:05am

Catatan Sederhana dengan Cinta yang Tak Sederhana

“Dede mau sekolaaahh…. Masa cuma Kaka yang sekolah!”

Kalimat yang berulang kali kamu teriakan sejak empat – lima bulan lalu. Tapi memang belum saatnya kamu sekolah, De. Pernah kita gabung di Play Group, tapi nyatanya hanya bertahan 3 minggu karena kamu bilang, “Anak kecil semua, Ma! Gak lepel!”

Kini kau bisa dengan bangganya memamerkan seragam TK-mu....

Atau ketika suatu kali kamu menjerit, “Mamaaa…. Aku udah gak suka strawberi lagi. Sampo, odol, minyak wangi, ga mau yang aroma strawberi. Baju, sepatu, dompet dan celana dalam, gak lagi yang gambarnya strawberi. Aku mau semuanya ganti sama Barbie. Tapi Barbie yang lagi pegang strawberi.”

Mmmm, okey. Kita ganti dengan Barbie. Tapi mendadak saat semua sudah berganti, 2 minggu kemudian kamu menjerit, “Mamaaaa… aku kangen celana dalam strawberikuuuu…”

Suatu kali kamu juga berteriak lantang, “Kenapa sudah besar Mama masih doyan cokelat? Itu makanan anak kecil. Oiya, Mama memang masih kecil, karena masih suka nangis sendirian di kamar.”

Ah, kamu!

Kalimat lugu yang sering bikin aku tergagap. Juga ketika kita pergi berbelanja ke sebuah supermarket, kamu berkata polos, “Kenapa semua pergi belanja sama papanya juga? Kenapa kita nggak?”

Pertanyaan yang aku tahu tak pernah kamu rencanakan, bukan? Dan Kaka langsung membalas kalimatmu dengan, “Dede lupa, ya? Papa kita sedang bekerja keras. Mencari uang untuk membeli kapal buat kita jalan-jalan, makanya kerjanya lama.”

Sayang, kalimat Kaka yang semula –aku yakin- untuk mencegahmu berkata banyak, malah kamu timpali dengan, “Mahal ya harga kapal? Sampe lama gitu kerjanya.”

Malamnya, saat dua dongeng sudah aku uraikan, kamu berbisik, “Ma, papa Dede ganteng mana sama Ariel atau Afgan? Kalo memang gak datang-datang, kenapa Mama gak cari papa baru?”

OMG!

Beberapa hari sebelum hari ini, kamu cemberut. Aku tahu apa yang akan kamu katakan saat kulihat kalender meja ada di tanganmu. “Mama nggak akan lupa, Sayang,” aku berusaha menghiburmu. "Ulang tahunmu kan?"

Kamu masih cemberut dan dengan suara sesak kamu bilang, “Aku mau tanggal lahirku ganti. Aku gak mau ulang tahun pas tanggal Mama detlen. Kalo Kaka ulang tahun tiap tanggal 4, kenapa Dede tanggal 17?”

Semalam, di pukul 11 malam, kamu memelukku erat. Tak meminta dongeng seperti biasa. Kamu meminta aku bernyanyi, meski kemudian kamu berkata, “Mama nggak bisa duet sama Ariel, karena panggung bakalan rubuh!” Nyatanya kamu tetap menikmati suaraku dan terlelap. Saat pergantian hari di pukul 00.00 semalam, kamu sudah ada di mimpi indahmu dan aku bisa mengecupmu sepuas yang aku bisa.

Anakku sayang, apa saja yang telah kita lewati begitu indah. Terlalu indah. Tak tergantikan dengan apa pun. Meski aku tak bisa memberi banyak untukmu, tapi aku selalu berusaha. Untukmu, untuk Kaka… untuk dua permata yang harganya tak pakai bandrol!

Di usia 5 tahun usiamu ini aku juga tak bisa memberikan apa pun selain doa dan sepotong tart mungil yang kamu bilang, “Semungil Mama.”

Ah, Kirani Sitti Mayda…. Bungsuku yang cerdik. Juga Ramadhani Nur Elfitria. Mama sayang kalian.

Sekali lagi ingin kuulang kalimat yang pernah aku ikrarkan di ultah tahun lalu;

“Jika pada ijab semua bisa bilang, 'dibayar tunai!' maka di miladmu, aku cuma bisa berujar dalam hati, 'dibayar cicil!' Ya, akan kuberikan kado untukmu dengan mencicilnya setiap hari, berupa doa-doa, perhatian, kasih sayang, bimbingan dan seluruh angka-angka di jam dinding…. Ya, setiap hari, sepanjangg waktu, akan kuberikan secara cicil, sampai kulunaskan kelak di saat datang hantaran pinangan untukmu dan kau dibawa olehnya …, atau saat Tuhan memanggilku.”

*** Pagi tadi kamu memelukku erat sesaat sesudah kau tiup lilin ultahmu. Lalu kamu berbisik, "Kadonya yang indah dong, Ma. Papa baru, yaa...."

Baiklah, Dede Kirani. Case closed!"


Selamat ulang tahun, Sayang….

Se-kelu

by Erin Pelangi Dan Teratai on Wednesday, June 22, 2011 at 3:29pm


Se-Bagian

Biarkan kuselesaikan

gaun mimpi yang kurajut semalaman

meski baru hanya bagian lengan

tak perlu sampai pada batas pinggang

Biarkan kusampirkan

selendang harap yang kau kenakan

biarkan menjuntai sampai batas angan

untuk bila jelmakan bayang

Dirimu Keluku


Sebaris kalimat itu

Pernah menjadi gaungku

Saat terburai mimpi-mimpi semu

Dan menyeret jemu

Aku tahu,

Langkahmu bukan untukku

Tapi kerinduan yang kau tawarkan dulu

Adalah luka maha dalam dari waktu ke waktu

Maafkan aku,

Ketika akhirnya kukatakan ini dengan kelu

Aku tak bisa menunggu

Dan langkahmu.. dan pikirmu.. dan kamu…

Dilema, Juni dan Bintang

Kau tahu jika kau berada di simpang jalan dengan dua tanda arah yang sama-sama menyebutkan 'jalan terus'? Kau akan pilih mana?

Juni ini diawali dengan banyak pilihan. Tetang pekerjaan (selalu), tentang anak-anak di rumah, tentang Mama yang belakangan menjadi 'Ibu Kost' di rumahku, tentang PRT yang begitu kejam mempermainkan waktu, uang dan kepercayaanku.
Setelah Mei yang kelabu kini datang Juni yang sibuk!

Selalu ada yang datang dan pergi, selalu ada yang silih berganti.
Tuhan punya cara jitu menyayangi umatNya dan memberinya peringatan-peringatan.
Sepanjang Mei kemarin aku mengerahkan dadaku hingga berlebam,
kini Juni aku harus mengerahkan tenaga dan pikiran hingga berdentam.

Dan Tuhan selalu punya cara indah...
Ia selipkan bintang di mataku di antara nanarnya sang waktu, lewat sekelumit rasa yang Ia sisipkan perlahan.... Ia Maha Tahu apa yang aku butuhkan dan Ia hadirkan dia meski (mungkin) hanya berkejap semalam....

Kau Buat Aku Menangis Lagi

by Reni Teratai Air on Saturday, April 30, 2011 at 10:31pm

1.

Ketika kau hanya punya tiga kata di tiga kalimat berbeda

Aku hanya mendengarkan dengan lapang

"Aku sayang kamu"

"Aku cinta kamu"

"Aku rindu kamu"

Ketika kau hanya punya tiga kata di satu kalimat terakhir

Aku hanya berharap mendengar dengan lapang.

"Aku tak bisa"

Kau ciptakan anak sungai di mataku

yang kau hadirkan lewat sembilu di tiga titik di ulu ini.

Aku telah remuk redam

2.

Sarat

penat

lumat

yang laknat

dan aku minta

"tamat"


· · Share · Delete

Mengakhiri Mei dengan Mengawali Juni

Siang itu langit tak muram, tapi juga tak benderang. Teduh, namun tak rapuh.
Sebentar lagi Mei berakhir, dan ingin sekali kututup segera, sebelum bertambah lagi pedih lain yang menyusul di mei kelabu.

Kubuka fesbuk dan kudapati banyak notifi. Sebuah notifi yang menarik perhatianku; seorang penulis puisi (aku belum bisa menyebutnya penyair) dan juga seorang pembaca puisi, mengomentari puisi yang aku post semalam.
Tentang puisi aku mengingat sesuatu, tugas membawakan acara sastra. Baiklah, aku akan menyeret nama itu untuk mengisi acara tersebut. Maka kusapa dia di inbox. Kami bercakap sebentar, sampai kemudian dia menuliskan kata-kata "Miss u, Dear" ..... OMG, itu kata-kata sakti yang selama ini kudapat dari seseorang yang menoreh Mei-ku dengan sangat tragis.
Termehek aku katakan uraikan kisah omong kosong itu.
Kami bercakap. Sederhana. Namun aku mendapat sesuatu. Bahkan aku ternyata terlalu cengeng.
Tapi..., tapi... tidak benar-benar cengeng. Okey, maksudku wajar bukan kalau aku harus menangis? Baiklah, apa pun itu tapi aku rasa aku butuh waktu untuk mengasihani diri sendiri dengan tersedu-sedu, bukan.
Oh, my... bukan ini yang mau aku ceritakan. Tapi tentang Mei yang sebentar lagi habis... dan Juni yang sebentar lagi datang.
Jika Mei harus berisi kepedihan, aku ingin segera menyudahinya. Tutup.