Dari Sumber Kota Santri.com
Shalat bukan amal ibadah biasa, tapi kunci dari amaliah lainnya. Abdullah bin Qurth RA meriwayatkan, Nabi Muhammad SAW bersabda, "Yang pertama kali akan dihisab pada diri seorang hamba pada hari qiamat adalah shalat. Apabila baik shalatnya, maka akan baiklah seluruh amalnya. Dan apabila buruk shalatnya, maka buruk pulalah seluruh amalnya."� (HR. Thabrani). Nampak jelas argumen tersebut bahwa shalat merupakan kunci keberhasilan ibadah seorang mukmin.
Tidak hanya itu, shalat yang kita kerjakan akan melindungi dan menjauhkan kita dari perbuatan keji dan munkar. Sebagaimana firmanNya, "Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu al-kitab (Al-Qur'an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan munkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan."� (QS. Al-Ankabut : 45).
Namun sayang, refleksi nilai-nilai shalat belum bisa kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Karena seakan-akan shalat kita masih bergandengan tangan dengan perbuatan keji dan munkar, walaupun kita sering melakukan shalat. Itu terjadi karena shalat yang kita kerjakan masih jauh dari kekhusyu'an dan makna-makna shalat hanya selintas harapan tanpa pengejawantahan.
Shalat khusyu' adalah sesuatu yang sangat dirindukan orang-orang yang mau melaksanakan shalat. Kekhusyu'an bukanlah hal yang amat sulit atau mustahil dilakukan �walau memang tidak semudah yang dikatakan. Shalat khusyu' dapat diraih ketika memahami makna setiap lantunan do'a dalam shalat, menghilangkan berbagai urusan dunia dalam pikiran dan hati ketika shalat, menghadirkan jiwa dan raga hingga seolah-olah sedang berkomunikasi langsung dengan Allah.
Seorang ahli ibadah bernama Isam bin Yusuf, dia sangat wara' dan sangat khusyu' shalatnya. Namun dia selalu khawatir kalau-kalau ibadahnya kurang khusyu' dan selalu bertanya kepada orang yang dianggapnya lebih �dalam rangka memperbaiki dirinya yang selalu dirasakan kurang khusyu'.